Proposal ini dibuat sebagai tugas Ujian Akhir Semester VII pada mata kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif
Resepsi Khalayak Ibu-ibu Rumah Tangga desa Candi - Sidoarjo terhadap Program Acara Reality Show “Master Cheff” di Indosiar
Oleh:
AANG KUNAIFI
NIM. 08.20220.00015
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Media
massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam
mempengaruhi pola pikir manusia. Manusia memperoleh tambahan
pengetahuan, informasi terkini dari belahan bumi lainnnya dengan cepat,
serta insipirasi salah satunya adalah akibat dari peranan televisi.
Televisi sebagai suatu media massa mempunyai peranan yang penting dalam memudahkan masyarakat untuk mendapat informasi yang dibutuhkan.
Media
massa adalah alat yang biasanya digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi
(Cangara, 2003:134). Hingga detik ini media massa masih menjadi penentu
atau pencetus sebuah opini publik yang ada di masyarakat. Media mampu
menjangkau masyarakat luas (khalayak) untuk menikmati sajian pesan /
berita atau program yang di tampilkan.
Televisi,
sesuai dengan fungsinya untuk mempengaruhi pemirsanya, diharapkan mampu
memberikan pencerahan dan inspirasi baru bagi semua khalayklnya, salah
satunya adalah khalayak ibu-ibu rumah tangga.
Belakangan
ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi yang menyajikan
tayangan reality show yang menyajikan beragam tema dan tampilan. Dari
beberapa program acara reality show yang kini taynag di stasiun televisi
nasional Indonesia, peneliti tertarik untuk menganalisis tayangan paling menyegarkan dan fenomenal di tahun ini yang dipersembahkan oleh FremantleMedia dan RCTI, MasterChef Indonesia. Sebuah ajang adu kemampuan memasak bagi semua kalangan untuk menemukan the first Master Chef Indonesia. Ada beberapa alasan peneliti memilih program acara tersebut, diantaranya:
- pada observasi awal yang peneliti lakukan kepada sebagian ibu-ibu rumah tangga di desa Candi Sidoarjo, yang menjadi narasumber sementara, didapatkan hasil bahwa sebagian besar pernah dan suka menonton tayangan tersebut dengan beragam alasan.
- program acara tersebut menampilkan adu kemampuan memasak bagi semua kalangan,sehingga seharusnya mampu memberikan inspirasi bagi audiensnya.
- ditayangkan setiap hari pada pukul 16.30 sore, jam tayang tersebut memberikan ruang dan waktu yang cukup banyak bagi ibu-ibu untuk menonton tayangan tersebut.
- tayangan dengan durasi yang cukup lama (sekitar 60 menit atau 1 jam) seharusnya membuat pemirsanya puas dengan isi atau content acara tersebut.
Salah satu standar untuk mengukur khalayak media adalah menggunakan reception analysis, dimana analisis ini mencoba memberikan sebuah makna atas pemahaman teks media dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak. Reception analysis disini meliputi persepsi, pemikiran, preferensi dan interpretasi. Persepsi
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
(Jalaluddin, 2004:51). Pemikiran didefinisikan sebagai
perbuatan individu dalam menimbang-nimbang, menguraikan,
menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan. Preferensi
yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai pemikiran persepsi
kita dalam menerima pesan, apakah pemirsa menyukai program berita
tersebut atau tidak. Interpretasi merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan bagaimana kita memahami pengalaman.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian mengenai resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara reality show ”Master Cheff” di Indosiar.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah dia atas, maka dapat dirumuskan masalah bagaimanakah resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara relaity show ”Master Cheff” di Indosiar?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga
terhadap program acara relaity show ”Master Cheff” di Indosiar.
1.4 Luaran Yang Diharapkan
Hasil luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya karya ilmiah tentang resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara relaity show ”Master Cheff” di Indosiar.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Secara Teoritis
Untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mengenai bidang kajian komunikasi media massa dan riset khalayak
1.5.2 Secara Praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi media televisi
mengenai pengembangan/improvisasi tayangan reality show yang membawa
pencerahan bagi audiensnya.
1.5.3 Secara Sosial
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membuka mata masyarakat khususnya
kalangan ibu-ibu rumah tangga mengenai tayangan yang bernilai positif
dan bermanfaat bagi masyrakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1.1 Reception Analysis Pemirsa Terhadap Peran Media dalam Pendidikan Politik Bagi Perempuan pada Pemilu 2009 (Studi Reception Analysis Aktivis Perempuan Sidoarjo Kecamatan Kota Terhadap Program Acara Headline News METRO TV)
Oleh: Mitha, Arytas (2009)
Penelitian ini terfokus pada apa dan bagaimana peranan media massa dalam pendidikan politik bagi perempuan di Sidoarjo. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bagaimana peran Program Berita Headline News METRO TV dalam pendidikan politik bagi perempuan. Peneliti dengan ini menyimpulkan bahwa peran Program Berita Headline News METRO TV adalah sebagai berikut :
1. Program Berita Headline News METRO TV memberikan informasi, pengetahuan, serta wawasan tentang perkembangan politik yang ada.
2. Program Berita Headline News METRO TV merupakan media sosialisasi politik dan partisipasi politik perempuan, mengingat pemilih perempuan sangat bervariasi.
3. Para
audiens (aktivis perempuan) menganggap bahwa pendidikan politik itu
sangat penting bagi perempuan, mengingat dari beberapa kasus kehidupan,
perempuan masih terdapat kurang kesetaraan dan keadilan gender.
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam mengurai dan
menjelaskan fenomena dan fakta di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah
aktivis perempuan di Sidoarjo.
Key Words: Media, Politik, dan Perempuan
( Sumber: Aryas Mitha Iswahyuni, Reception Analysis Pemirsa Terhadap Peran Media dalam Pendidikan Politik Bagi Perempuan pada Pemilu 2009, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2009)
2.1.2 Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial Desperate Housewives di Televisi).
Oleh Anggraini, Ane Kusuma. (2006)
Drama
komedi merupakan jenis komedi situasi yang paling jarang, jumlahnya
kurang lebih hanya 1 persen dari seluruh judul komedi situasi yang
pernah ditayangkan. Hal tersebut dikarenakan tingkat kesulitan dalam
memproduksinya. Meskipun drama komedi kalah dalam kuantitas, namun dari
segi kualitas sudah tidak diragukan lagi. Berbagai judul drama komedi
seringkali menjadi sangat populer dengan menempati peringkat atas dan
rating yang tinggi dalam riset AC Nielsen di Amerika.
Penerimaan
khalayak ibu rumah tangga dalam memahami dan memaknai drama komedi
Desperate Housewives di televisi, ternyata bervariasi. Penerimaan
tersebut meliputi:
1.
Partisipan mempersepsi drama komedi Desperate Housewives sebagai
tayangan yang menarik dan belum pernah ditayangkan sebelumnya. Beberapa
partisipan mengungkapkan unsur-unsur drama komedi seperti, tema,
karakter, serta setting dalam mendefinisikan tayangan ini.
2.
Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa drama komedi ini lebih banyak
membahas konflik yang dialami tokoh utama. Secara detil beberapa
partisipan menyebutkan konflik percintaan yang dialami beberapa karakter
melanggar batasan norma.
3.
Partisipan mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai karakter ibu
rumah tangga dan beberapa memiliki karakter yang paling disuka.
Karakter yang ideal dalam hal ini tidaklah selalu menjadi favorit
partisipan.
4.
Sosok ibu rumah tangga yang baik menurut beberapa partisipan adalah ibu
rumah tangga yang mampu mengurus rumah dan keluarga. Nilai lebih akan
didapat jika ibu rumah tangga tersebut bekerja atau memiliki kesibukan.
Beberapa partisipan merasa bahwa selama ini perlakuan di masyarakat
baik-baik saja, terkait perannya sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam mengurai dan
menjelaskan fenomena dan fakta di lapangan. Lokasi penelitian ini adalah
ibu-ibu rumah tangga Surabaya.
Key Words: Televisi, Ibu Rumah Tangga
( Sumber: Ane
Kusuma Anggraini, Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial
Desperate Housewives di Televisi, Skripsi, FISIP Universitas Airlangga, Surabaya, 2006)
Orisinalitas Penelitian
Tabel Perbandingan
Penelitian terdahulu dengan Penelitian sekarang
No
|
Nama
|
Judul
|
Thn.
|
Metode
|
Hasil
|
1.
|
Aryas Mitha Iswahyuni
Oleh -
|
Reception Analysis Pemirsa Terhadap Peran Media dalam Pendidikan Politik Bagi Perempuan pada Pemilu 2009
|
2009
|
Deskriptif-Kualitatif
|
Mengetahui peranan media dalam pendidikan politik perempuan
|
2.
|
Ane Kusuma Anggraini
|
Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial Desperate Housewives di Televisi,
|
2006
|
Deskriptif-Kualitatif
|
Mengetahui penerimaan ibu-ibu rumah tangga terhadap tayangan produksi Amerika bertema kehidupan rumah tangga
|
Dari
dua judul penelitian tersebut, peneliti membuat penelitian dengan fokus
atau tema yang serupa yakni mengenai penerimaan perempuan terhadap
tayangan acara televisi, dan dengan metode dan pendekatan yang sama
yakni menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode reception analysis (analisa
penerimaan pemirsa televisi pada program acara di televisi). Namun, ada
pembeda di antara dua penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian
yang akan dilakukan sekarang ini yakni pada jenis tayanganna. Jika pada
penelitian Aryas menitikberatkan pada tayangan news atau berita, dan
pada penelitian Ane adfalah serial televisi, maka pada penelitian ini
memilih tayangan atau program acara berjenis reality show untuk dikaji
lebih mendalam.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Komunikasi Massa (Televisi)
Komunikasi Massa menurut para ahli adalah komunikasi melalui media massa. Sedangkan komunikasi Joseph A. Devito dalam bukunya, Communicology : An Introduction to the study of communication. Menyatakan bahwa komunikasi massa :
First,
mass communication is communication addressed to the masses, to an
extremiley large audience. This does not mean that the audience includes
all people or that is large and generally rather poorly difined.
Second,
mass communication is communication is perhaps most easily and most
logically defined by it form : Televison, radio, news, paper, magazine,
film, books and tapes.
Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan pada massa,
kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak
meliput seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang
yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar
pada umumnya agar sukar di definisikan.
Kedua, komunikasi massa
adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio
atau visual komunikasi. Barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila
di definisikan menurut bentuknya : televise, radio, majalah, film, buku
dan pita.
(dalam buku Theories Of Human Communication Littlejohn, 1999)
2.2.2 Media Massa Televisi
Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa
media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara
perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang
komplek serta pembiayaan yang besar karena media televisi bersifat “transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, tidak hanya dapat di dengar tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audiovisual) (JB. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, 1991).
Televisi mempunyai sebuah sifat yang istimewa, televisi merupakan gabungan dari dengan dan gambar atau yang lebih dikenal dengan audio dan visual. Sebagai media massa,
televise memiliki ciri-ciri berlangsung satu arah, komunikatornya
melembaga, pesannya bersifat umum dan menimbulkan keserempakan (Pareno,
2002:102). Dengan kekuatannya yang audio visual, ia mampu mempengaruhi kehidupan manusia, baik dari segi politik, sosial dan budaya (Russel, Verril dan Lane, 1988:173 dalam Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, Dan Nimmo, 1999.).
“sejak
diperkenalkan sebagai media nasional pada awal 50-an, TV telah berubah
menjadi sebuah institusi. Untuk memahami tentang televise, ia haruslah
di pandang sebagai sebuah fenomena social. Lebih dari sebuah media untuk
periklanan dan hiburan, televise memiliki kemampuan untuk merubah cara
kita berinteraksi dengan orang lain sejalan dengan bagaimana kita
melihat dunia yang berada di sekeliling kita”
Karena
itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap
perilaku dan sekaligus perubahan pola berfikir, termasuk dalam hal
penanaman suatu pemahaman tertentu.
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya. Pada intinya televisi memiliki tiga fungsi utama yaitu :
1. Fungsi Penerangan/informasi, sebagai sarana yang efektif dalam menginformasikan segala berita kepada khalayak
2. Fungsi
Pendidikan, disadari ataupun tidak televisi mempunyai pengaruh yang
tidak kecil dalam memberikan pengetahuan tambahan kepada khalayak luas
mengenai berbagai hal
3. Fungsi
Hiburan, tentunya suatu media yang mudah dan murah dalam dalam upaya
kita mendapatkan hiburan karena isi dari televisi tidak seluruhnya
berita
2.2.3 Program Berita Televisi
Setiap harinya, televisi menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya
sangat banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja dapat
dijadikan sebagai program, yang penting adalah disukai oleh audiens, tidak bertentangan dengan norma kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku.
a. Program Informasi Berita
1) Berita keras (hard news) atau straight news,
yaitu segala informasi yang penting dan menarik yang harus segera
disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya harus segera diketahui
oleh khalayak.
2) Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.
b. Program hiburan (entertainment)
2.2.4 Pemirsa (khalayak)
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Menurut (Nasution, 1993:20)
dalam sosiologi komunikasi massa, penerima adalah mereka yang menjadi
khalayak dari media massa yang bersangkutan, dimana khalayak tersebut di
atas bersifat luas, heterogen dan anonim.
2.2.5 Ibu Rumah Tangga sebagai Khalayak Televisi
Havighurst
(dalam Haditono 1991) mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang
ditandai oleh adanya misi yang harus dapat dipenuhi. Misi ini dalam
batas-batas tertentu bersifat khas untuk masa-masa hidup seseorang yang
selanjutnya disebut sebagai misi perkembangan yaitu misi yang harus
dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa hidup tertentu sesuai dengan
norma-norma dalam masyarakat serta norma-norma kebudayaannya. Salah satu
misi perkembangan yang harus dilalui oleh seseorang dalam masa dewasa
adalah menemukan teman hidup dan mulai membentuk keluarga dalam ikatan
pernikahan.
Pernikahan
di Indonesia sarat akan nilai-nilai yang telah lama ada dikondisikan
dalam budaya patriarkhi. Kondisi agama, budaya dan lingkungan sekitar
membuat perempuan “wajib” memasuki wilayah pernikahan.43 Perempuan yang
telah menikah (ibu rumah tangga) memiliki beragam peran yang erat
kaitannya dengan kebudayaan di mana ia berada dan kedudukannya dalam
keluarga dan masyarakat. Pada umumnya perbedaan
perempuan dan laki-laki dalam berbagai hal. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain di dunia, perempuan seringkali menghadapi permasalan umum yang
sulit dijelaskan. Permasalahan yang dihadapi oleh perempuan umumnya berkaitan dengan peran perempuan.
Pergerakan
perempuan mulai bermunculan untuk menyatakan ketidaksetujuan terhadap
penindasan, diskriminasi dan eksploitasi yang dialami perempuan dalam
kehidupannya. Pandangan ini dinamakan sebagai feminisme, yang merasa
bahwa system dan struktur sosial yang timpang dan tidak adil perlu
direkonstruksi kembali sehingga terbentuk kesetaraan dan keadilan dalam
kehidupan masyarakat. Gerakan ini mencapai puncaknya pada tahun 1960an
hingga 1970an.
Di
Indonesia, pergerakan semacam ini ditandai dengan munculnya Ibu Kartini
yang memperjuangkan hak-hak perempuan agar setara dengan laki-laki
dalam pendidikan dan berbagai hal lainnya. Sebelumnya, perempuan
dipingit di rumah, dipersiapkan melayani suami dan mengasuh anak.
Kehidupan perempuan seperti dipenjara, berpindah dari sel tempat ia
dilahirkan ke sel lain setelah menikah sehingga menimbulkan merasa jenuh
dengan kehidupannya.
Betty Friedan mengungkapkan bahwa perempuan mengalami permasalahan yang
sulit
diungkapkan, tetapi dirasakan oleh perempuan pada umumnya. Hal ini
merupakan suatu krisis yang disimpulkan sebagai berikut :
1. Perempuan mempertanyakan “kewanitaannya”, peran sebagai seorang perempuan.
2. Perempuan tidak puas dengan perannya di “penjara” maupun di “sangkar emas”.
3. Perempuan menginginkan pengakuan.
Adanya pergerakan tersebut membuat perempuan, khususnya yang telah menikah
yaitu
ibu rumah tangga, dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya dan
bekerja di dalam maupun di luar rumah sesuai dengan kemampuannya. Hal
ini menarik kesadaran mereka untuk mengaktualisasikan diri dengan
bekerja atau aktif dalam kegiatan social kemasyarakatan. Sehingga, peran
ibu rumah tangga pun berubah, dari yang hanya berkutat di sektor
domestik saat ini juga berperan dalam masyarakat.
Ibu rumah tangga dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Ibu rumah tangga biasa, tidak memiliki kesibukan selain kegiatan rumah tangga.
2. Ibu rumah tangga yang bekerja paruh waktu dan/atau aktif dalam kegiatan lain
(sosial).
3. Ibu rumah tangga yang bekerja full-time dan/atau aktif dalam kegiatan lain (sosial).
Ibu
rumah tangga masih merupakan khalayak potensial terbesar bagi televisi.
Sebelumnya khalayak ini dibidik karena posisinya sebagai penentu
pembelian produk yang diiklankan televisi dan lebih banyak di rumah
mengerjakan pekerjaan domestik sambil ‘menonton’ televisi (Nielsen Media
Research, Media Index 2004).50 Saat ini ibu rumah tangga yang aktif di
luar rumah juga dianggap berpotensi. Kebutuhan mereka akan hiburan dan
informasi sepulang beraktivitas menjadi potensi tersendiri bagi
televisi.
Konteks sosial khalayak berperan penting dalam proses penerimaan. Dalam hal ini
perempuan dalam kondisi sosial yang mengabdi pada suami dan keluarga merasa bahwa
dengan
membaca novel maka mereka memiliki ruang tersendiri. Mereka membaca
novel roman sebagai pengakuan atas hak-hak dan harga diri mereka,
sehingga mendapatkan kepercayaan diri agar lebih berani dalam menghadapi
tuntutan suami (keluarga) dan mengemukakan keinginannya atas posisi
yang seimbang dalam perkawinan maupun keluarga. ( Sumber: Ane
Kusuma Anggraini, Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap Serial
Desperate Housewives di Televisi, Skripsi, FISIP Universitas Airlangga, Surabaya, 2006)
2.2.6 Teori Reception Analysis
Analisis Penerimaan dan Negosiasi Makna
Teori Reception Analysis
mengatakan bahwa teks dan penerima adalah elemen yang saling melengkapi
dalam satu areal penelitian. Menurut Klaus Bruhn Jensen (2003:135) reception analysis bisa diasumsikan tidak akan ada efek tanpa adanya makna (there can be no effect without meaning).
(Sumber: /jiunkpe/s1/ikom/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-51405078-11785-sariwangi-chapter3.pdf)
Analisis penerimaan menggunakan kombinasi pendekatan humanistik sebagai teorinya dan ilmu sosial sebagai metodologinya. Pendekatan humanistik memandang komunikasi massa sebagai proses kultural produksi dan penyampaian pesan dalam sebuah konteks sosial. Sedangkan
ilmu sosial menjelaskan penggunaan pertanyaan empiris tertentu sebagai
proses interaksi pesan media massa dengan khalayaknya.
In two words, reception analysis assumes that here can be no “effect” without “meaning”
John Fiske dan Michael de Certeu (1989 : 74) mengungkapkan bahwa dalam Reception Analysis,
khalayak dilihat sebagai produsen aktif yang memberikan makna, bukan
sebagai konsumen media. Pemaknaan teks media, dalam penelitian ini yaitu
televisi, oleh khalayak berkaitan dengan kondisi sosial dan
kulturalnya, serta pengalaman individu tiap khalayak. Mereka
menguraisandikan teks media dengan cara-cara yang selaras dengan kondisi
sosial dan budayanya serta cara-cara yang mereka jalani secara pribadi.
Berkembang pada awal hingga pertengahan 1980-an metode ini berpijak
pada pandangan bahwa khalayak bersifat aktif dan adanya gagasan
“penolakan” terhadap isi teks atau teks media. Seperti yang diungkap
Fiske:
A
text is the site of struggles for meaning that reproduce the conflicts
of interest between the producers and consumers of the cultural
commodity. A program is produced by the industry, a text by its reader.
(Teks
adalah tempat pertarungan makna yang menghasilkan konflik kepentingan
di antara produsen dan konsumen dari komoditas kebudayaan. Program di
produksi oleh industri, teks diproduksi oleh pembaca).
(sumber: http://www Reception analysis.shef.ac.uk/1999)
Paradigma khalayak aktif televisi dalam tradisi cultural studies dapat disimpulkan sebagai berikut :
•
Khalayak dikonsepsi sebagai produsen makna yang bersifat aktif dan
berpengetahuan luas, bukan produk dari teks yang terstruktur.
• Makna terikat oleh cara teks distrukturkan dan oleh konteks domestik serta konteks budaya dalam menonton
• Khalayak televisi perlu dipahami, bahwa mereka menonton televisi dalam konteks konstruksi makna dan rutinitas sehari-hari.
•
Khalayak dapat dengan mudah membedakan antara fiksi dengan realitas:
mereka benar-benar aktif dalam memainkan batasan-batasannya.
•
Proses konstruksi makna dan kegiatan menonton televisi sebagai dalam
rutinitas sehari-hari, bergeser dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain
dan berubah dari konteks kelas dan gender di dalam komunitas budaya yang
sama.
Stuart
Hall mengkonsepsi proses encoding televisi sebagai peneguhan momen –
momen produksi, sirkulasi, distribusi, reproduksi, yang saling
berhubungan namun berbeda. Tiap momen memiliki praktik spesifik, tetapi
hal tersebut tidak menjamin momen berikutnya. Artinya, produksi makna
tidak menjamin konsumsi makna sesuai dengan keinginan pengode.
Pesan-pesan televisi dikonstruksi sebagai sistem tanda dengan komponen
yang beraneka ragam yang dapat mengandung berbagai makna dan dapat
diinterpretasi dengan cara yang berbeda-beda.
Khalayak
dalam hal ini dikonsepsikan sebagai individu yang memiliki kondisi
sosial dan budaya yang beragam dan pemaknaan atas suatu pesan dapat
berbeda-beda, sesuai dengan kondisi khalayak tersebut. Khalayak yang
berbagi kode budaya dengan pengode/produsen pesan, maka akan mendekode
pesan dalam kerangka yang sama. Lain halnya jika khalayak berada dalam
kondisi sosial dan budaya yang berbeda (misal: kelas, ras, gender), maka
khalayak akan memiliki alternatif dalam mendekode pesan. Model
encoding-decoding Hall memberikan tiga posisi khalayak dalam menerima
pesan, antara lain :
• Dominan-hegemonik → khalayak menerima ‘makna yang dikehendaki’ (preferred meaning)
•
Negosiasi → mengakui adanya legitimasi kode hegemonik secara abstrak
namun khalayak membuat aturannya sendiri dan beradaptasi sesuai dengan
situasi sosial tertentu.
• Oposisional → khalayak memahami encoding (pesan), namun menolaknya dan men-decode (memaknai pesan) dengan cara sebaliknya.
(sumber:
Ane Kusuma Anggraini, Penerimaan Khalayak Ibu Rumah Tangga terhadap
Serial Desperate Housewives di Televisi, Skripsi, FISIPUniversitas
Airlangga, Surabaya, 2006)
Salah satu cara untuk mengukur khalayak media adalah dengan menggunakan reception analysis,
dimana analisis ini berusaha memberikan sebuah makna atas pemahaman
atas teks. Media (elektronik, cetak, maupun internet) dengan memahami
bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak. Konsep terpenting
dalam reception analysis adalah bahwa teks media bukanlah makna yang
melekat pada teks media tersebut, tetapi makna diciptakan alam
interaksinya antara khalayak dan teks, dengan kata lain ”makna diciptakan karena menonton atau membaca dan memproses teks media”. (Hadi, 2008:2).
Pendekatan reception analysis
berfokus pada penerimaan pesan-pesan media oleh anggota khalayak dan
interpretasi-interpretasi yang dimiliki oleh khalayak mengenai isi
media. Dengan cara ini, peneliti dapat mengungkapkan sampai sejauh mana
interpretasi khalayak terhadap isi media.
Reception analysis merupakan kritik terhadap analisis isi kuantitatif dan penelitian khlayak mengenai output, penggunaan
dan efek media yang sangat di pengaruhi oleh perpektif ilmu.
Pendekatan-pendekatan yang bersifat kuantitaif ini, dipandang kurang
sensitif dalam menginterprestasikan data, sehingga penilaian yang akurat
mengenai sifat dan tingkatan pengaruh media tidak tercapai.
BAB III
KONSEPTUALISASI PENELITIAN
Hampir
sama dengan penelitian-penelitian dengan menggunakan analisis khalayak
(resepsi/penerimaan) lainnya, konseptualisasi penelitian berawal dari
suatu acara yang kemudian bagaimana acara tersebut diterima oleh
khalayak yang kemudian akan diinterpretasikan olehnya melalui empat hal
yang menjadi dasar dari Reception analysis disini meliputi persepsi, pemikiran, preferensi dan interpretasi. Persepsi
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
(Jalaluddin, 2004:51). Pemikiran didefinisikan sebagai
perbuatan individu dalam menimbang-nimbang, menguraikan,
menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan. Preferensi
yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai pemikiran persepsi
kita dalam menerima pesan, apakah pemirsa menyukai program berita
tersebut atau tidak. Interpretasi merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan bagaimana kita memahami pengalaman.
Kemudian
dari pemahaman sehingga lahirlah suatu pemaknaan atau interpretasi dari
khalayak akan timbul suatu penilaian atas teks atau pesan yang
diterimanya. Penilaian atau penerimaan positif atau negatifkah, sangat
bergantung pada bagaimana khalayak menginterpretasikan pesan yang ada.
Keduanya, penerimaan positif maupun negatif, adalah merupakan intisari
dari analisis ini. Konseptualisasi di atas dapatlah kita jabarkan atau
kita desain dengan baganisasi/tabelisasi sebagai berikut:
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian ini menggunakan data deskripstif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati (Bogdan dan Taylor, 1975:5). Penelitian kualitatif daris
sisi definisi lainnya dikemukankan bahwa hal itu merupakan penelitian
yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,
pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang.
Dari
definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe eksplorasi dan menggunakan metode analisis penerimaan atau reception analysis yang bertujuan untuk mengetahui resepsi khalayak ibu-ibu rumah tangga terhadap program acara reality show ”Master Cheff” di Indosiar. Dalam reception analysis perlu diperhatikan bahwa televisi mengirimkan pesan melalui kode-kode yang disampaikan melalui audio visual dan pemirsa dapat menerima dan menganalisa pesan-pesan tersebut. Reception analysis meliputi
persepsi, pemikiran, preferensi dan interprestasi. Persepsi adalah
pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pemikiran
didefinisikan sebagai perbuatan individu dalam menimbang-nimbang,
menguaraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan.
Preferensi yaitu semua ungkapan emosi individu yang menyertai pemikiran
persepsi ketika menerima pesan, apakah pendengar menyukai siaran penyiar
tersebut di radio atau tidak. Interprestasi merupakan sebuah istilah untuk menjelaskan bagaimana kita memahami pengalaman.
4.2 Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu rumah tangga di desa Candi, kecamatan Candi-Sidoarjo yang menjadi pemirsa program acara reality show ”Master Cheff” di Indosiar. Ada
beberapa alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah berdasarkan
pengamatan sementara peneliti bahwa di daerah tersebut sangat banyak
ibu-ibu rumah tangga menyaksikan acara tersebut, sehingga dapat
disimpulkan bahwa antusiasme ibu-ibu rumah tangga sebagi khalayak begitu
besar.
4.3 Populasi dan Teknik Pemilihan Informan/Narasumber
Dalam penelitian kali ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu-ibu rumah tangga di Candi Sidoarjo. Namun,
tidak semua populasi akan dijadikan sampel untuk menggali data. Ada
beberapa alasan mengapa hal tersebut dilakukan, diantaranya:
1. metode pengambilan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampel (sampel bersyarat) yang mana informan tersebut kita tentukan yang disesuaikan dengan tema penlitian.
2. tentunya penelitian ini mengkhususkan pada beberapa karakteristik informan/narasumbernya yakni individu yang tercatat sebagai penonton acara reality show Master Chef Indosiar
3.
jumlah dari informan juga dibatasi sebanya 10 orang. Hal ini sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh beberapa tokoh penelitian komunikasi
bahwa informan dalam sebuah penelitian berjenis kualitatif adalah 10
sampai 15 orang saja.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam suatu penelitian ditentukan jenis penelitiannya.
Metode pengumpulan data dengan observasi, FGD, wawancara mendalam, dan
sudi kasus (Wimmer, 2000: 110; Sendjaya, 1997: 32 dalam Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kriyantono 2008: 93) adalah teknik yang lazim dpergunakan oleh seorang peneliti kualitatif.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (teknik
pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan
suatu tujuan tertentu) dengan informan untuk menggali
informasi-informasi penting dan tajam seputar tema penlitian yang
dipandu dengan sebuah guide interview sebagai bahan dasar wawancara,
akan tetapi dalam aktualisasinya dapat berkembang sejalan dengan
wawancara yang berlangsung. Karena salah
satu keuntungan dalam wawancara medalam adalah kita lebih mudah merekam
hasil wawancara sehingga memudahkan kita menganalisisny, sekaligus
dalam wawancara mendalam kita dalpat melakukan observasi langsung
sebagai pembantu dan pelengkap pengumpulan data
4.5 Teknik Analisis Data
Data
yang didapat dari hasil diskusi (catatan dan rekaman) kemudian
ditranskrip berurutan sesuai dengan ringkasan diskusi agar tidak ada
data yang terlewatkan. Analisis data hasil diskusi harus memperhatikan lima faktor sebagai berikut :
1. Menentukan istilah yang digunakan beserta maknanya, kemudian mengelompokkan konsep yang mirip.
2. Menentukan konteks kalimat dengan melihat stimuli/pemicunya dan kemudian diinterpretasi sesuai konteks tersebut.
3. Memperhatikan alur diskusi dan mencatat perubahan serta posisi partisipan setelah berinteraksi dengan partisipan lain.
4. Lebih memperhatikan respon yang spesifik dan sesuai pengalaman daripada respon yang kurang jelas dan terlalu teoritis.
5. Jeli dalam mencari ide yang tersirat sepanjang diskusi.
Data
yang dilaporkan haruslah deskriptif dan menyajikan pemaknaan data
tersebut. Hal ini berbeda dengan hanya membuat ringkasan data. Kemudian
menurut Krueger dalam Focus groups: A Practical Guide for Applied
Research, data dilaporkan dalam tiga tingkatan:
1. Raw data, yaitu data mentah yang sesuai pernyataan partisipan dalam diskusi dan dikategorisasi sesuai tingkatan tema.
2. Descriptive statements, yaitu rangkuman komentar partisipan yang disusun sesuai tingkatan tema.
3.
Interpretation, yaitu penafsiran yang dibuat dengan proses deskriptif
dengan memberikan pemaknaan pada data. Saat pemberian makna secara
deskriptif, maka harus merefleksikan bias peneliti itu sendiri.
Pada
dasarnya analisis data merupakan penyusunan data sesuai dengan tema dan
kategori untuk mendapatkan jawaban atas perumusan masalah. Oleh karena
itu, data yang dihasilkan haruslah seactual dan sedalam mungkin, jika
dimungkinkan menggali data sebanyak-banyaknya untuk mempertajam dalam
proses penganalisisan. Hal tersebut merupakan cirri khas dari penelitian
kualitatif bahwa realita dan data sebagai fakta di lapangan tidaklah
stagnan, akan tetapi dinamis sesuai dengan perkembangan di lapangan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
- Buku
Bungin, Burhan. 2001 .Metodelogi Penelitian Sosial: Format-format kuantitatif dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchajana. 2007. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasif, Cetakan ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa- Sebuah Analisis Isi Media Televisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Littlejohn, Stephen W. 1999. Theories Of Human Communication. London: Wadsworth Publishing Company. Seventh Edition.
Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya. Cetakan Kedua.
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nurudin. 2008. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara
Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.